Jumat, 11 Januari 2013

Sembuh dari Sakit Gigi yang Parah


image


Sembuh dari Sakit Gigi yang Parah, itu yang dialami oleh Sylvia, setelah menderita selama berbulan-bulan, didera sakit gigi.
Betapa girangnya hati Sylvia ketika Ryan menyodorkan kacang bali. Kelenjar salifanya mulai terangsang untuk mencicipi gurihnya penganan khas Bali. Sayang, kebahagiaan Sylvia sesaat. Ketika mengunyah, tambalan gigi geraham kanan direktur sebuah perusahaan pembiayaan itu terlepas lantaran tekstur kacang terlampau keras. Padahal 15 tahun lamanya tambalan awet .
Keesokan paginya Sylvia ke dokter gigi di bilangan Jakarta Selatan. Itulah awal episode dalam kehidupan sang direktur : dalam 3 bulan, 4 kali operasi demi urusan gigi. Hari itu masalah gigi teratasi. Namun, 3 hari berselang tambal gigi kembali terlepas. Lantaran tak kunjung berhasil, ia membiarkan lubang gigi menganga dan digunakan mengunyah makanan. Toh, ia tak merasa sakit sedikit pun.
Empat bulan berselang Sylvia kembali menambal gigi. Setelah itu gusinya bengkak. Dokter gigi mendiagnosis, gusi Sylvia bermasalah. Untuk mengatasinya, ahli medis itu menawarkan operasi. Ibu dari satu putri itu menurut.
Pada medio Agustus 2006, wanita kelahiran Jakarta itu menjalani operasi gusi. Gigi geraham kanan yang bolong dicabut. Tiga hari kemudian gusinya bengkak lagi. Pipi kanan membesar. "Bila bertemu klien, saya tutupi dengan saputangan." ujar perempuan 50 tahun itu.
Tersentuh jari pun, gusinya sakit bukan kepalang. Rongga mulut kulit digerakkan. Makan menjadi aktivitas yang menyiksa baginya. Sudah begitu, ia sulit memejamkan mata akibat pening di kepala kanan. Lengkap sudah penderitaan Sylvia: makan tak enak, tidur tak nyenyak. Sylvia akhirnya menjalani rontgen seluruh permukaan mulut dan gigi.
Dibor
Dokter mengatakan permasalahan pada tulang gigi, bukan gusi. Untuk mengatasinya Sylvia mesti menjalani operasi pembukaan gusi di depan gigi yang terakhir dicabut.
Daripada menerima kesalahan lain dan tak kunjung sembuh, ia memilih berkonsultasi dengan dokter lain. Ternyata dokter kedua yang ditandangi pun menyarankan operasi pembukaan gusi. Sylvia pasrah.
Saat mulutnya dibuka, bor kecil melubangi giginya. Dalam biusan lokal, Sylvia masih bisa merasa linu akibat bunyi kerukan gigi yang ditimbulkan. "Tulang saya seperti dikorek." kata Sylvia. Saat itu dokter membersihkan saraf pada tulang gigi agar bakteri yang terkandung hilang. Operasi rampung dalam 3,5 jam, termasuk menutup gusi dengan 7 jahitan.
Sylvia mengkonsumsi antibiotik setiap hari, sampai 7 hari. Dua pekan berselang ketika jahitan akan dibuka gusinya masih basah, lembek, dan ngilu. Dosis antibiotic pun dinaikkan menjadi 2 butir sehari dari sebelumnya 1 butir sehari.
Namun, kejadian tragis menimpanya. Baru tiga hari mengkonsumsi obat-obatan kimia itu, urat nadi sebesar kelingking menjalar di leher, tepat di bawah gusi yang dijahit. Keruan saja gejala itu mengkhawatirkan Sylvia. Itulah sebabnya ia kembali lagi ke dokter gigi.
Menurut dokter, jahitan gusi tidak rapat sehingga bakteri mudah masuk ke saraf gigi. Urat biru pertanda bakteri Streptococcus faecalis menuju jantung, efeknya katup jantung rusak. Mikroorganisme itu mengikuti pembuluh darah yang beredar menuju jantung.
Untunglah, konsumsi antibiotic membuat kuman-kuman itu tertahan di leher. "Saya baru tahu jika lubang di gigi bisa menyebabkan penyakit jantung dan stroke." katanya. Untuk mengatasi urat biru itu, Sylvia kembali ke ruang operasi menjalani pembongkaran gusi.
Kakaknya, Cynthia, iba melihat penderitaan Sylvia. Ia menyodorkan jeli berbahan teripang sebagai pengganti antibiotik. Sylvia yang enggan mengkonsumsi obat-obatan kimia menerima tawaran itu. "Saya khawatir efek antibiotik." kata Sylvia. Baginya, tak masalah mencoba sesuatu yang baru, apalagi berbahan alami.
Gamat "sebutan teripang di Malaysia" dikonsumsi 4 kali sehari masing-masing satu sendok makan. Ia mencampurkannya dengan jus alpukat atau jus tomat.
Setelah 3 hari mengkonsumsi, ia sudah lancar mengunyah makanan. Mulut kaku hilang. Rasa pening akibat bengkak gusi pun tak lagi memberatkan kepalanya. Jahitan di bawah gusinya pun kering sehingga tak nyeri. Dokter yang memeriksanya terheran-heran. Sebab, kali ini pengeringan jahitan berlangsung cepat.
Menurut drg Ratna Nuryani, dokter spesialis gigi di Klinik Pusdiklat Kejaksaan Agung, Ragunan, Jakarta Selatan, karies atau gigi berlubang mengundang bakteri. Akibatnya terjadi infeksi di akar gigi maupun di jaringan penyangga gigi. Lebih dari 350 bakteri dan mikroorganisme yang terlibat. Oleh karena itu jika gigi berlubang tak segera ditangani, gigi makin rusak.
Bakteri yang masuk melalui ludah maupun udara menyebabkan infeksi. Setelah mencapai ujung akar gigi, bakteri berjalan lewat pembuluh darah, dan bisa menyebabkan segala penyakit antara lain penyakit jantung dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Keampuhan teripang menumpas bakteri telah dibuktikan oleh Prof Ridzwan Hashim dari Universitas Kebangsaan Malaysia. Ia menemukan bukti sahih, teripang Holothuria atra , H. scabra , dan Bohadshia argus berefek antibakteri.
Bakteri yang berhasil ditumpas antara lain Streptococcus faecalis penyebab pembengkakan lapisan dalam jantung, S. viridans perusak katup jantung, S.  pneumoniae (radang paruparu dan sinusitis akut), Staphylococcus aureus (meningitis), dan Proteus mirabilis (penginfeksi luka). Semua makhluk superliliput itu masuk ke tubuh manusia bisa melalui mulut maupun saluran pernapasan.
Klinis
Uji klinis efektivitas pasta gigi berbahan teripang dilakukan oleh Hassan Yakob,  dosen Universitas Malaya, Malaysia. Pengujiannya melibatkan 28 orang dengan gigi kronis yang memiliki gusi bengkak dan jaringan pendukung giginya rusak.
Selama 3 bulan, 14 orang menyikat gigi dengan pasta gigi berbahan teripang, sisanya menggunakan plasebo.
Parameter yang dihitung antara lain indeks plak, indeks perbesaran gusi, pengeluaran darah dari gusi, dan indeks perbesaran lubang.
Hasilnya, secara signifikan penggunaan pasta gigi berbahan teripang mampu menurunkan semua parameter akibat penyakit gigi. Karena itu, pasta gigi berbahan teripang dianjurkan bagi orang yang perlu perawatan gigi. Sedangkan teripang mampu menutup luka bekas jahitan disebabkan mengandung faktor penumbuh sel.
"Protein yang terkandung pada teripang menyebabkan luka basah maupun kering cepat menutup." kata drg Ratna Nuryani. Itu sebabnya luka di gusi Sylvia cepat menutup, hanya 3 hari.
Sedangkan antibiotik membutuhkan waktu lebih dari 7 hari untuk mengeringkan lukanya. Kini Sylvia sembuh dari sakit gigi yang parah, terbebas dari derita sakit gigi yang membuatnya susah makan dan tidur.
(Vina Fitriani - Dikutip dari Majalah Trubus Edisi 446 - January 2006 ).
Jika Anda tertarik untuk mencoba dan membuktikan sendiri khasiat Jelly Gamat Luxor , silahkan klik Cara Pesan Jelly Gamat Lux

3 komentar:

  1. Kondisi yang demikian diperlukan cara mengobati gusi bengkak yang sudah lama dengan bahan alami berkhasiat. Dan memang benar, bahwa teripang emas mampu menjadi salah satu bahan alami terbaik dalam mengobati gusi bengkak.

    BalasHapus
  2. Untuk pemesanannya bagaimana?

    BalasHapus
  3. mngarang bebas😂😂

    BalasHapus