Sembuh dari Sakit Gigi
yang Parah, itu yang dialami oleh Sylvia, setelah menderita selama
berbulan-bulan, didera sakit gigi.
Betapa girangnya hati Sylvia ketika Ryan menyodorkan kacang
bali. Kelenjar salifanya mulai terangsang untuk mencicipi
gurihnya penganan khas Bali. Sayang, kebahagiaan Sylvia sesaat.
Ketika mengunyah, tambalan gigi geraham kanan direktur sebuah
perusahaan pembiayaan itu terlepas lantaran tekstur kacang
terlampau keras. Padahal 15 tahun lamanya tambalan awet .
Keesokan paginya Sylvia ke dokter gigi di bilangan Jakarta
Selatan. Itulah awal episode dalam kehidupan sang direktur : dalam 3
bulan, 4 kali operasi demi urusan gigi. Hari itu masalah gigi teratasi.
Namun, 3 hari berselang tambal gigi kembali terlepas. Lantaran tak
kunjung berhasil, ia membiarkan lubang gigi menganga dan digunakan
mengunyah makanan. Toh, ia tak merasa sakit sedikit pun.
Empat bulan berselang Sylvia kembali menambal gigi. Setelah itu
gusinya bengkak. Dokter gigi mendiagnosis, gusi Sylvia bermasalah.
Untuk mengatasinya, ahli medis itu menawarkan operasi. Ibu dari satu
putri itu menurut.
Pada medio Agustus 2006, wanita kelahiran Jakarta itu menjalani
operasi gusi. Gigi geraham kanan yang bolong dicabut. Tiga hari
kemudian gusinya bengkak lagi. Pipi kanan membesar. "Bila bertemu klien,
saya tutupi dengan saputangan." ujar perempuan 50 tahun itu.
Tersentuh jari pun, gusinya sakit bukan kepalang. Rongga mulut
kulit digerakkan. Makan menjadi aktivitas yang menyiksa baginya. Sudah
begitu, ia sulit memejamkan mata akibat pening di kepala kanan. Lengkap
sudah penderitaan Sylvia: makan tak enak, tidur tak nyenyak. Sylvia
akhirnya menjalani rontgen seluruh permukaan mulut dan gigi.
Dibor
Dokter mengatakan permasalahan pada tulang gigi, bukan gusi.
Untuk mengatasinya Sylvia mesti menjalani operasi pembukaan gusi di
depan gigi yang terakhir dicabut.
Daripada menerima kesalahan lain dan tak kunjung sembuh, ia
memilih berkonsultasi dengan dokter lain. Ternyata dokter kedua yang
ditandangi pun menyarankan operasi pembukaan gusi. Sylvia pasrah.
Saat mulutnya dibuka, bor kecil melubangi giginya. Dalam biusan
lokal, Sylvia masih bisa merasa linu akibat bunyi kerukan gigi yang
ditimbulkan. "Tulang saya seperti dikorek." kata Sylvia. Saat itu dokter
membersihkan saraf pada tulang gigi agar bakteri yang terkandung
hilang. Operasi rampung dalam 3,5 jam, termasuk menutup gusi dengan 7
jahitan.
Sylvia mengkonsumsi antibiotik setiap hari, sampai 7 hari. Dua
pekan berselang ketika jahitan akan dibuka gusinya masih basah, lembek,
dan ngilu. Dosis antibiotic pun dinaikkan menjadi 2 butir sehari dari
sebelumnya 1 butir sehari.
Namun, kejadian tragis menimpanya. Baru tiga hari mengkonsumsi
obat-obatan kimia itu, urat nadi sebesar kelingking menjalar di leher,
tepat di bawah gusi yang dijahit. Keruan saja gejala itu mengkhawatirkan
Sylvia. Itulah sebabnya ia kembali lagi ke dokter gigi.
Menurut dokter, jahitan gusi tidak rapat sehingga bakteri mudah
masuk ke saraf gigi. Urat biru pertanda bakteri Streptococcus
faecalis menuju jantung, efeknya katup jantung rusak.
Mikroorganisme itu mengikuti pembuluh darah yang beredar menuju jantung.
Untunglah, konsumsi antibiotic membuat kuman-kuman itu tertahan
di leher. "Saya baru tahu jika lubang di gigi bisa menyebabkan penyakit
jantung dan stroke." katanya. Untuk mengatasi urat biru itu, Sylvia
kembali ke ruang operasi menjalani pembongkaran gusi.
Kakaknya, Cynthia, iba melihat penderitaan Sylvia. Ia
menyodorkan jeli berbahan teripang sebagai pengganti antibiotik. Sylvia
yang enggan mengkonsumsi obat-obatan kimia menerima tawaran itu. "Saya
khawatir efek antibiotik." kata Sylvia. Baginya, tak masalah mencoba
sesuatu yang baru, apalagi berbahan alami.
Gamat "sebutan teripang di Malaysia" dikonsumsi 4 kali sehari
masing-masing satu sendok makan. Ia mencampurkannya dengan jus alpukat
atau jus tomat.
Setelah 3 hari mengkonsumsi, ia sudah lancar mengunyah makanan.
Mulut kaku hilang. Rasa pening akibat bengkak gusi pun tak lagi
memberatkan kepalanya. Jahitan di bawah gusinya pun kering sehingga tak
nyeri. Dokter yang memeriksanya terheran-heran. Sebab, kali ini
pengeringan jahitan berlangsung cepat.
Menurut drg Ratna Nuryani, dokter spesialis gigi di Klinik
Pusdiklat Kejaksaan Agung, Ragunan, Jakarta Selatan, karies atau gigi
berlubang mengundang bakteri. Akibatnya terjadi infeksi di akar gigi
maupun di jaringan penyangga gigi. Lebih dari 350 bakteri dan
mikroorganisme yang terlibat. Oleh karena itu jika gigi berlubang tak
segera ditangani, gigi makin rusak.
Bakteri yang masuk melalui ludah maupun udara menyebabkan
infeksi. Setelah mencapai ujung akar gigi, bakteri berjalan lewat
pembuluh darah, dan bisa menyebabkan segala penyakit antara lain
penyakit jantung dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Keampuhan teripang menumpas bakteri telah dibuktikan oleh Prof
Ridzwan Hashim dari Universitas Kebangsaan Malaysia. Ia menemukan bukti
sahih, teripang Holothuria atra , H. scabra , dan Bohadshia
argus berefek antibakteri.
Bakteri yang berhasil ditumpas antara lain Streptococcus
faecalis penyebab pembengkakan lapisan dalam jantung, S.
viridans perusak katup jantung, S. pneumoniae (radang
paruparu dan sinusitis akut), Staphylococcus aureus
(meningitis), dan Proteus mirabilis (penginfeksi luka). Semua
makhluk superliliput itu masuk ke tubuh manusia bisa melalui mulut
maupun saluran pernapasan.
Klinis
Uji klinis efektivitas pasta gigi berbahan teripang dilakukan
oleh Hassan Yakob, dosen Universitas Malaya, Malaysia. Pengujiannya
melibatkan 28 orang dengan gigi kronis yang memiliki gusi bengkak dan
jaringan pendukung giginya rusak.
Selama 3 bulan, 14 orang menyikat gigi dengan pasta gigi
berbahan teripang, sisanya menggunakan plasebo.
Parameter yang dihitung antara lain indeks plak, indeks
perbesaran gusi, pengeluaran darah dari gusi, dan indeks perbesaran
lubang.
Hasilnya, secara signifikan penggunaan pasta gigi berbahan
teripang mampu menurunkan semua parameter akibat penyakit gigi. Karena
itu, pasta gigi berbahan teripang dianjurkan bagi orang yang perlu
perawatan gigi. Sedangkan teripang mampu menutup luka bekas jahitan
disebabkan mengandung faktor penumbuh sel.
"Protein yang terkandung pada teripang menyebabkan luka basah
maupun kering cepat menutup." kata drg Ratna Nuryani. Itu sebabnya luka
di gusi Sylvia cepat menutup, hanya 3 hari.
Sedangkan antibiotik membutuhkan waktu lebih dari 7 hari untuk
mengeringkan lukanya. Kini Sylvia sembuh dari sakit gigi yang parah,
terbebas dari derita sakit gigi yang membuatnya susah makan dan tidur.
(Vina Fitriani -
Dikutip dari
Majalah Trubus Edisi 446 - January 2006 ).
Jika Anda
tertarik untuk mencoba dan membuktikan sendiri khasiat Jelly
Gamat Luxor , silahkan klik Cara
Pesan Jelly Gamat Lux
Kondisi yang demikian diperlukan cara mengobati gusi bengkak yang sudah lama dengan bahan alami berkhasiat. Dan memang benar, bahwa teripang emas mampu menjadi salah satu bahan alami terbaik dalam mengobati gusi bengkak.
BalasHapusUntuk pemesanannya bagaimana?
BalasHapusmngarang bebas😂😂
BalasHapus